MEMAKNAI ARTI BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM MEWUJUDKAN PENTINGNYA RASA TOLERANSI DI INDONESIA


MEMAKNAI ARTI BHINNEKA TUNGGAL IKA
DALAM MEWUJUDKAN PENTINGNYA RASA TOLERANSI DI INDONESIA

  
Indonesia merupakan negara berkepulauan sehingga Indonesia kaya akan suku bangsa, etnis dan agama. Terdapat lebih dari 700 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia. Menurut sensus BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2010 lebih tepatnya Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa. Keanekaragaman yang dimiliki Indonesia memiliki keuntungan sekaligus kerugian.
Hasil penelitian The Wahid Institute menyebutkan bahwa selama tahun 2011, telah terjadi peningkatan pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan diberbagai daerah di Indonesia. Apabila tahun sebelumnya hanya 64 kasus maka jumlah ini meningkat menjadi 92 kasus. Bentuk pelanggaran kebebasan beragama antara lain, pelarangan atau pembatasan aktifitas keagamaan atau kegiatan ibadah, intimidasi dan ancaman kekerasan oleh aparat Negara, kekerasan dan pemaksaan keyakinan dan masih banyak kasus lainnya.
 Banyaknya suku, etnis dan golongan masyarakat serta agama yang dimiliki Indonesia menyebabkan sistem kemasyarakatan sebagian besar di Indonesia adalah System Gemmein Schaaft (paguyuban/masyarakat sosial). Suatu sistem kekerabatan dimana masyarakat mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan kelompok etnisnya. Masyarakat Indonesia mempunyai kecenderungan membuat perkumpulan-perkumpulan apabila mereka berada di luar daerah. 
Dengan kondisi tersebut Indonesia memiliki masyarakat yang multikultural sehingga harus dijunjung tinggi, dihormati, dan terus dipertahankan. Menurut J. Nasikun menyatakan bahwa suatu masyarakat multikultural bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktural memiliki subkebudayaan yang bersifat deverse yang di tandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari kesatuan sosial, serta sering munculnya konflik sosial.
Sebagai bangsa Indonesia, kita sering diajarkan mengenai toleransi sebagai sebuah kepribadian bangsa yang luhur. Toleransi sudah tidak asing dan sangat mendarah daging bagi bangsa kita. Toleransi adalah sebuah bentuk sikap akibat adanya persinggungan hak-hak individu dalam masyarakat atau hak-hak masyarakat dalam Negara. Jadi sikap toleransi adalah sebuah solusi bagi adanya perbenturan hak-hak. Dalam masyarakat yang beragam atau plural, toleransi akan memegang peran yang sangat penting. Masyarakat yang plural akan memiliki banyak sekali perbedaan, sehingga sangat mungkin terjadinya konflik. Namun perbedaan kehidupan tersebut tidak menjadikan suatu bangsa tercerai-berai, akan tetapi justru menjadi kemajemukan kehidupan sebagai suatu bangsa dan Negara khususnya Indonesia.
Masalah perbenturan hak adalah masalah yang penting. Masalah ini akan menentukan kondisi suatu masyarakat. Bila masalah ini dapat terselesaikan dengan baik, maka masyarakat itu akan hidup dengan nyaman serta tentram, dan sebaliknya bila masalah ini tidak terselesaikan, masyarakat hidup dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
Dalam keanekaragaman suku, etnis dan golongan masyarakat serta agama, Indonesia menggunakan semboyan “Bhinneka Tunggal Ikayang secara konstitusional menjadi lambang Negara. Hal ini telah diatur dalam pasa l36 A Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berbunyi Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika”.

Dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ikamemuat dua konsep yang berbeda makna. Konsep Bhinnekamengakui adanya keanekaan atau keragaman, sedangkan konsep Tunggal Ikamenginginkan adanya kesatuan. Keanekaragaman dicirikan oleh adanya perbedaan, sedangkan kesatuan dicirikan oleh adanya kesamaan. Jika kedua konsep tersebut dipahami dan dilaksanakan dengan tekanan yang berbeda, maka akan dapat menimbulkan kondisi yang berbeda pula. Apabila dalam segi keanekaragaman yang ditonjolkan secara berlebihan, maka kemungkinan akan timbul konflik yang tak terhindarkan. Sebaliknya, jika dalam segi kesatuan yang ditonjolkan secara berlebihan, maka tindakan itu tergolong melanggar kodrat perbedaan, karena perbedaan memiliki keindahan tersendiri dan sekaligus berkah.
Kebhinnekaan menunjuk pada realitas objektif masyarakat Indonesia yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu:
1.  Bidang ekonomi, keanekaragaman dapat dilihat dari adanya perbedaan kebutuhan hidup, yang akhirnya berimplikasi munculnya keanekaragaman pada pola produksi.
2.    Bidang politik, diwarnai oleh adanya kepentingan yang berbeda-beda antara individu atau kelompok yang satu dengan individu atau kelompok yang lainnya.
3.      Bidang sosial, keberagaman itu tercermin dari adanya perbedaan peran dan status sosial.

Makna kesatuan dalam Bhinneka Tunggal Ika merupakan cerminan rasionalitas yang lebih mementingkan kesamaan/kesatuan daripada perbedaan. Kesatuan merupakan sebuah gambaran ideal. Dikatakan ideal karena kesatuan merupakan suatu harapan atau cita-cita untuk mengangkat atau menempatkan unsur perbedaan yang terkandung dalam keanekaragaman bangsa Indonesia kedalam suatu wadah, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesatuan adalah upaya untuk menciptakan wadah yang mampu menyatukan keanekaragaman.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengaku irealitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaragaman kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralism dan monisme. Dengan memaknai Bhinneka Tunggal Ikaakan menunjukkan semangat toleransi dalam suku, agama, ras, antar golongan serta agama.
Selain memaknai kebhinnekaan dan ketunggalikaan, kita juga dapat menggunakan cara yang lain dalam meningkatkan rasa toleransi di Indonesia, yaitu:
1.      Mengakui dan menghargai setiap hak asasi manusia.
2.      Menghindari sikap egois.
3.      Memaknai dan menerapkan nilai pancasila.
4.      Menerapkan rasa nasionalisme.
5.      Tidak menjelek-jelekan kebudayaan, suku, adat istiadat orang lain.


Dengan sikap tersebut diharapkan akan terciptanya rasa toleransi antar individu, suku, ras dan golongan masyarakat serta agama. Kita sebagai generasi muda sudah sewajibnya memaknai semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang mengutamakan persatuan dan mengenyampingkan perbedaan serta mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam hidup berbangsa dan bernegara, sehingga akan terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang selaras dan nyaman. 



DAFTAR PUSTAKA


Ibnu Hajar Al Asqalani. 2010. Fathul Baari. Jakarta: Pustaka Azzam.


Imam Nawawi. 1999. Riyadhus Shalihin. Jakarta: Pustaka Amani.


Pursika, I Nyoman. 2009, Kajian Analitik Terhadap Semboyan”Bhineka Tunggal Ika. Bali: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha.
Tim Dosen PPKN. 2016. Pendalaman Materi dan Uji Kpmpetensi Pancasila Diperguruan Tinggi. Sukoharjo: Pustaka Abadi Sejahtera Sukoharjo.

Tim Dosen PPKN. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Sukoharjo: Pustaka Abadi Sejahtera Sukoharjo.
 


Komentar