Peran Okupasi Terapi pada Penyakit Ankylosing Spondylitis
A. Definisi
Ankylosing spondylitis adalah penyakit immune-inflamatory kronik yang mempengaruhi axial skeleton, yang suatu waktu bisa mengenai sendi perifer. Perubahan
patologi terjadi pada synovial, sendi tulang rawan, dan ligament. Ankylosing spondylitis merupakan penyakit yang kompleks
dan prototip.
Ankylosing spondylitis (AS) adalah bentuk penyakit radang rematik yang
disebabkanoleh disfungsi kekebalan tubuh. Lebih dari 90% pasien membawa antigen HLA-B27. Sebagian besar pasien AS adalah laki-laki,
dengan onset umumnya terjadi mulai usia
remaja sampai usia 40 tahun. Jaringan lunak pasien di sekitar tulang
belakang seperti tendon dan ligamen akan
kaku karena peradangan. Radang kronis pada tulang belakang bisa menyebabkan
fusi vertebra. Pada penderitanya seluruh tubuh akan menjadi kaku seperti bambu, yang menyebabkan kehilangan mobilitas dan akhirnya cacat fisik atau postur bungkuk ke depan.
Penyakit ini relatif tidak
diketahui masyarakat dan biasanya diobati sebagai sakit punggung. Perlu waktu bertahun- tahun untuk didiagnosis, dimana kerusakan irreversibel mungkin telah terjadi. Saat ini,
tidak ada obat untuk AS. Namun, dengan diagnosis sesegera mungkin serta pengobatan yang tepat dan
pengenalan obat baru, penyakit ini dapat dikendalikan dengan menghentikan
deformasi sendi sehingga pasien
dapat sembuh dan mampu
beraktivitas kembali.
B. Epidemologi
Ankylosing
spondylitis menyerang 0,1-0,2% populasi di Amerika. Sementara di dunia
sebanyak 0,1-1,0% populasi. Penyakit ini menyerang lebih sering pada pria di
banding wanita sebanyak 3:1. Onset dimulainya penyakit dimulai pada usia dewasa
muda sampai usia awal dewasa. Sementara pada usia lebih dari 45 tahun jarang
ditemukan.
C. Patofisiologi
Patofisiologi pada penyakit ankylosing spondylitis
terjadi di beberapa bagian, yaitu:
1)
Diskus
Intervertebralis
Ketika
orang menua terjadi perubahan biokimiawi tertentu yang mempengaruhi jaringan di
seluruh tubuh. Pada tulang belakang, struktur dari diskus intervertebralis (annulus fibrosus, lamellae, dan nucleus
pulposus) mungkin dapat mengalami perubahan biokimiawi tersebut. Annulus fibrosus tersusun dari 60 atau lebih
pita yang konsentris dari serabut kolagen yang dinamakan lamellae. Nucleus pulposus
adalah suatu bahan seperti gel didalam diskus intervertebralis yang dibungkus
oleh annulus fibrosus. Serabut
kolagen membentuk nukelus bersama dengan air dan proteoglikan.
Efek
degeneratif dari penuaan dapat melemahkan struktur dari annulus fibrosus yang menyebabkan bantalan melebar dan robek. Isi
cairan didalam nucleus menurun sesuai dengan usia, mempengaruhi kemampuannya
untuk melawan efek kompresi. Perubahan struktural karena degenerasi dapat
mengurangi ketinggian diskus dan meningkatkan risiko herniasi diskus.
2)
Facet
Joint
Sendi
facet disebut juga dengan zygapophyseal
joints. Masing-masing korpus vertebrae memiliki empat sendi yang bekerja
seperti engsel. Ini adalah persendian tulang belakang yang dapat menyebabkan
ekstensi, fleksi, dan rotasi. Seperti sendi lainnya, permukaan sendi dari
tulang memiliki lapisan yang tersusun dari kartilago. Kartilago adalah jenis
jaringan konektif tertentu yang memiliki permukaan gesekan rendah karena
memiliki lubrikasi sendiri. Degenerai facet joint menyebabkan hilangnya
kartilago dan pembentukan osteofit. Perubahan ini dapat menyebabkan hipertrofi
atau osteoarthritis, dikenal juga sebagai degenerasi joint disease.
3)
Tulang
dan ligament
Osteofit
dapat terbentuk berdekatan dengan lempeng pertumbuhan tulang, sehingga dapat
mengurangi aliran darah ke vertebra. Kemudian permukaan pertumbuhan tulang
dapat kaku, terjadi suatu penebalan atau pengerasan tulang dibawah lempeng
pertumbuhan. Ligament adalah pita dari jaringan ikat yang menghubungkan
struktur tulang belakang dan melindungi dari hiperekstensi. Namun demikian,
perubahan degeneratif dapat menyebabkan ligament kehilangan kekuatannya.
4)
Tulang
Cervical
Kompleksitas
anatomi dan pergerakan yang luas membuat segmen ini rentan terhadap gangguan
yang berkaitan dengan perubahan degeneratif. Nyeri leher sering terjadi. Nyeri
dapat menjalar ke bahu atau ke lengan kanan. Ketika suatu osteofit dapat
mengakibatkan kompresi akar syaraf, kelemahan tangan mungkin tidak disadari.
Pada kasus yang jarang, osteofit pada dada dapat mengakibatkan susah menelan
(disfagia).
5)
Vertebra
Thorakalis
Nyeri yang berkaitan dengan penyakit degeneratif
sering dipicu oleh fleksi kedepan dan hiperekstensi. Pada diskus vertebrae
torakalis nyeri dapat disebabkan oleh fleksi facet join yang hiperekstensi.
6)
Vertebra
Lumbalis
Spondylosis
sering kali mempengaruhi vertebra lumbalis pada orang diatas usia 40 tahun.
Biasanya mengenai lebih dari satu vertebrae. Vertebrae lumbalis menopang
sebagian besar berat badan. Oleh karenanya, gerakan dapat merangsang serabut
saraf nyeri pada annulus fibrosus dan
facet joint. Pergerakan berulang seperti
mengangkat dan membungkuk dapat meningkatkan nyeri.
D. Etiologi
Penyebab dari ankylosing spondilytis belum diketahaui
jelas, tetapi tampaknya sepenuhnya karena genetik dan sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini
diperantai oleh sistim imun, dibuktikan dengan adanya peningkatan
IgA dan berhubungan
dengan HLA-B27.
Kecenderungan
mengembangkan ankylosing spondylitis dipercayai adalah diwariskan secara
genetik, dan mayoritas (hampir 90%) dari pasien - pasien dengan ankylosing
spondylitis dilahirkan dengan gen
HLA-B27. Tes-tes darah telah dikembangkan untuk mendeteksi gen
HLA-B27 dan telah memajukan pengertian tentang hubungan antara HLA-B27 dan
ankylosing spondylitis.
Gen
HLA-B27 tampaknya hanya meningkatkan kecenderungan mengembangkan ankylosing
spondylitis, dimana beberap faktor-faktor tambahan, seperti lingkungan.
Akhir-akhir
ini, terdapat gen yang telah diidentifikasikan yang berkaitan dengan ankylosing
spondylitis. Gen ini disebut ARTS1 dan IL23R.
Gen ini tampaknya memainkan suatu peran dalam mempengaruhi fungsi imun.
Diantisipasikan bahwa dengan mengerti efek-efek dari setiap dari gen yang
diketahui ini, peneliti-peneliti akan membuat kemajuan-kemajuan yang signifikan
dalam menemukan suatu penyembuhan untuk ankylosing spondylitis.
Bagaimana
peradangan terjadi dan menetap pada organ-organ dan sendi-sendi tulang yang
berbeda pada ankylosing spondylitis adalah suatu persoalan dari penelitian yang
aktif. Setiap individu cenderung mempunyai pola unik terhadap penyakit mereka
sendiri.
Peradangan
awal mungkin adalah suatu akibat dari aktivitas dari sistim imun tubuh oleh
suatu infeksi bakteri atau suatu kombinasi dari kuman-kuman infeksi. Sekali
diaktifkan, sistim imun tubuh menjadi tidak mampu untuk memadamkannya sendiri,
meskipun infeksi bakteri awal mungkin telah hilang lama. Peradangan jaringan
yang kronis yang berakibat dari aktivitas yang terus menerus dari sistim imun
tubuh pada ketidakhadiran dari infeksi yang aktif adalah tanda dari suatu
penyakit peradangan autoimun.
E.
Gejala
Penting untuk diketahui bahwa perjalanan penyakit
ankylosing spondylitis (AS) sangat bervariasi dari orang ke orang. Begitu juga
dengan timbulnya gejala. Meskipun gejala biasanya mulai muncul pada masa remaja
akhir atau masa dewasa awal (usia 17 hingga 45), gejala dapat terjadi pada
anak-anak atau jauh di kemudian hari. Gejala awal AS yang paling umum yaitu:
1.
Nyeri
dan Kaku
Nyeri
punggung dari AS bersifat inflamasi dan tidak mekanis. Rasa sakit dan kekakuan
timbul di area punggung bawah, pantat dan pinggul secara berkelanjutan selama
lebih dari tiga bulan. Spondilitis mulai terjadi di sekitar sendi sacroiliac,
di mana menjadi tempat tulang sakrum (bagian dari tulang belakang yang paling
bawah) bergabung dengan tulang ilium yang merupakan bagian dari pelvis di
daerah punggung bawah. Pada awalnya, ketidaknyamanan mungkin hanya dirasakan di
satu sisi, atau sisi lain. Rasa sakit biasanya akan menyebar, bukan
dilokalisasi. Rasa sakit dan kekakuan ini biasanya lebih buruk di pagi hari dan
di malam hari, tetapi gejalanya masih bisa dikurangi dengan olahraga ringan.
2.
Bony
fusion
Ankylosing
spondylitis dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih pada tulang, yang dapat
menyebabkan penggabungan tulang yang tidak normal, kondisi ini bisa disebut
"fusi tulang". Fusi ini dapat mempengaruhi tulang leher, punggung,
atau pinggul dimana hal ini bisa mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan
aktivitas rutin. Perpaduan tulang rusuk dengan tulang belakang atau tulang dada
dapat membatasi kemampuan seseorang untuk memperluas dadanya ketika mengambil
napas dalam-dalam.
3.
Enthesitis
Enthesitis
adalah peradangan yang terjadi dimana kapsul sendi, ligamen, atau tendon
melekat pada tulang dan ini merupakan ciri khas ankylosing spondylitis.
Enthesitis dapat menyebabkan pembengkakan dan nyeri di sepanjang punggung,
tulang panggul, sendi sacroiliac, dada dan tumit. Dalam hal ini tumit dapat
sangat terpengaruh, rasa sakit dan nyeri saat di tekan dapat berdampak serius
pada mobilitas seseorang. Dua area kaki yang bisa terkena adalah tendon achilles
di bagian belakang tumit dan plantar fasia di pangkal tumit.
F.
Diagnosis
Diagnosis AS
sebelum terjadinya kerusakan permanen sangat sulit. Beberapa tahun dapat
terjadi antara onset gejala dan diagnosis definit. Penundaan ini kemungkinan
besar karena kesadaran rendah di antara non-rheumatologists AS atau SpA dan fakta
bahwa bukti radiologis sakroiliitis adalah fitur akhir dari penyakit.
Sacroiliitis atau peradangan pada sacrum adalah ciri
khas ankylosing spondylitis. Kriteria pertama yang ditetapkan untuk
klasifikasi, dikembangkan pada tahun 1961 di Roma, Italia, saat itu tidak
menggunakan radiografi untuk membuat diagnosis, tetapi pada tahun 1966 New York
(AS) sudah menggunkan radiografi dalam mendiagnosis.
Dokter akan memberi pemeriksaan menyeluruh yang akan mencakup penilaian
area yang mengalami rasa sakit atau
peradangan, menentukan berapa lingkup gerak
sendi
tulang belakang yang memiliki. Diagnosis AS yaitu dengan:
1. Memeriksa gejala
pada tubuh (gejala muncul minimal 3 bulan).
2. Dokter akan memeriksa beberapa tes darah
memberi tahu tentang keadaan umum dan tentang peradangan dalam tubuh.
3. Tes HLA-B27.
4. xrays dari tulang belakang diambil untuk menentukan
apakah sendi menunjukkan tanda-tanda kerusakan
atau kekakuan.
5. Pemindaian MRI(Magnetic Resonance Imaging), dapat menggambarkan perubahan yang pada sakroilitis.
G. Faktor Risiko
Faktorrisiko yang mempengaruhi seseorang terkena AS
yaitu:
(a) Sero positif HLA-B27;
(b) Riwayat keluarga AS;
(c) Jenis kelamin laki-laki; dan
(d) Infeksi GI yang sering terjadi.
Perbandingan kerabat pasien dengan AS dan populasi umum
menetapkan bahwa risiko untuk AS 16 kali lebih besar pada kerabat HLA-B27
positif (21% memiliki AS) dibandingkan dengan individu positif HLA-B27 dari populasi
umum (1,3% memiliki AS). Kerabat HLA-B27 negatif tidak memiliki manifestasi AS.
AS lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita.
H. Prognosis
Prognosis dari AS sangat bervariasi
dan susah diprediksi. Secara umum, penderita lebih cenderung dengan pergerakan
yang normal dari pada timbulnya restriksi berat. Keterlibatan ekstraspinal yang
progresif merupakan determinan penting dalam menentukan prognosis. Beberapa
survei epidemiologis menunjukkan bahwa apabila penyakitnya ringan, berkurangnya
pergerakan spinal yang ringan, dan berlangsung dalam 10 tahun pertama maka
perkembangan penyakitnya tidak akan memberat. Keterlibatan sendi-sendi perifer
yang berat menunjukkan prognosis buruk. Sebagian besar penderita dengan AS
memperlihatkan keluhan serta perlangsungan yang ringan dan dapat dikontrol
sehingga dapat menjalankan tugas dan kehidupan sosial dengan baik.
I.
Intervensi
Okupasi Terapi
Dalam intervensinya dibutuhkan kerjasama anatara
Okupasi Terapis dan tenaga kerja lain seperti Fisioterapi, Perawat dan Dokter. Okupasi
Terapis
akan membantu pasien dengan kondisi AS
dengan
mengembangkan dan / atau memperoleh
kembali keterampilan yang penting
secara fungsional dan mandiri, serta well-being. Selain itu,
Okupasi Terapis membantu pasein dengan kondisi AS dengan meningkatkan atau mempertahankan
kemampuan yang dimiliki untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti di rumah, di tempat kerja dan di
lingkungan
masyarakat. Peran Okupasi terapi
pada penderita ankylosing spondylitis yaitu:
- Joint Protection Technique, adalah
serangkaian teknik yang digunakan untuk
mengurangi stres pada persendian (deformitas menurun).
Teknik yang dapat digunakan yaitu:
1) Menangani
rasa sakit, hentikan aktivitas
sebelum terjadinya rasa
sakit. Membatasi aktivitas yang menyebabkan rasa sakit. Serta dengan obat-obatan
yang dianjurkan dokter.
2) Seimbangkan kegiatan dan istirahat, rencanakan
waktu istirahat selama kegiatan yang lebih lama atau lebih sulit. Dengan
istirahat 10 menit selama aktivitas akan memiliki lebih banyak energy (menambah
energi).
3) Ketika mulai merasakan nyeri pada sendi,
berhentilah untuk menghilangkan
rasa sakit dan kelelahan yang berlebihan. Pertimbangkan aktivitas, lamanya
waktu, dan kesulitan sebelum memulai.
4) Positioning tubuh dalam melakukan aktivitas.
a) Postur
– mengangkat
·
Posisikan
satu kaki lebih maju dari kaki satunya.
·
Tekuk
lutut, agar punggung tetap lurus.
·
Jangan
membengkokkan atau memelintir saat mengangkat.
·
Hindari
gerakan cepat dan menyentak.
·
Jaga
beban dekat dengan tubuh.
·
Tempatkan
beban yang lebih berat di suatu tempat yang mudah dicapai.
·
Jika
terlalu berat, meminta bantuan oranglain.
·
Mengangkat
yang efisien (gunakan kereta dorong dll).
·
Angkat
beban dengan simetris.
b)
Postur – duduk
· Atur tinggi kursi sesuai dengan ketinggian area kerja.
· Jaga dagu agar tetap lurus.
· Pastikan bahu rileks, tidak tegang (bahu belakang, tulang rusuk
dalam).
· Jika memungkinkan, pastikan area lumbar kursi mendukung
lengkungan alami tulang belakang.
· Kaki harus rata di lantai (menapak).
· Jangan meringkuk (memfleksikan) jari-jari kaki.
· Ambil interval teratur (5 menit setiap jam) dan lakukan latihan
peregangan dan relaksasi.
c)
Postur – tidur (berbaring) dalam posisi miring.
· Posisikan kaki ke depan dan lurus ke bawah untuk mempertahankan
posisi miring. Bantal harus ditempatkan di antara lutut.
· Pastikan tidak ada tekanan di bahu.
· Jenis kasur yang dianjurkan untuk penderita AS yaitu kasur ortopedi.
· Usahakan bantal tidak terlalu
tinggi.
- Melakukan berbagai jenis latihan, yaitu:
· Latihan mobilitas: latihan dirancang untuk meningkatkan gerakan pada persendian.
· Latihan fleksibilitas: membantu
mempertahankan mobilitas di persendian.
o Mengurangi risiko cedera selama latihan.
o Membantu mengurangi nyeri setelah berolahraga.
· Latihan penguatan: menambah kekuatan otot.
o Membantu meningkatkan stabilitas sendi.
o Membantu mengurangi rasa sakit.
· Latihan pernapasan: dirancang untuk memaksimalkan ekspansi dada dan volume
paru-paru.
o Berlatih setiap hari.
o Latihan aerobik Latihan daya tahan yang bekerja untuk
meningkatkan detak jantung dan pernapasan.
o Meningkatkan kesehatan jantung.
o Tingkatkan kebugaran.
o Contoh: berjalan, berenang, bersepeda.
- Meningkatkan kemampuan performance saat
melakukan aktivitas dengan:
1) Stress managemen
a. Relaxation tehnique
b. Healthy lifestyle
& environmen
c. Healthy thinking
d. Behavioural strategies
2) Modifikasi lingkungan, dengan tidur tanpa menggunakan bantal atau menghindari penggunaan
terlalu tinggi.
3) Edukasi keluarga, memberi penjelasan mengenai penyakit AS bagaimana intervensi yang dapat dilakukan pada penyakit AS.
4) Alat bantu, misalnya: long handle sponges dan long handle duster.
3) Edukasi keluarga, memberi penjelasan mengenai penyakit AS bagaimana intervensi yang dapat dilakukan pada penyakit AS.
4) Alat bantu, misalnya: long handle sponges dan long handle duster.
Referensi:
Lister
Hill National Center for Biomedical Communications U.S. National Library of
Medicine National Institutes of Health Department of Health & Human
Services : 2018
J Sieper, J Braun, M Rudwaleit, A Boonen, A
Zink. (2018). Ankylosing spondylitis: an
overview. BMJ journal Annals of the Rheumatic Diseases : Volume 61, Issue
suppl 3
Spondylitis
Association of America : 16360 Roscoe Blvd.
Ste. 100 Van Nuys, CA 91406.
Booklet Supporting & Understanding Ankylosing Spondylitis.Ankylosing Spondylitis Association of Ireland (ASAI)
Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA) untuk
Spondiloartropati.
Assistive Equipmen Kitchen. Royal
Brisbane and Women’s Hospital, Occupational Therapy.
Komentar
Posting Komentar